Predisen BEM Uncen Menolak Program KB di Papua

Presiden BEM Uncen Paskalis Boma dan Menteri Hukum dan HAM Uncen Samuel Womsiwor saat memberikan keterangan kepada Jubi, Kamis (01/02/2018) – Dok Jubi.
Jayapura,  – Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Universitas Cendrawasih (Uncen), Paskalis Boma, menyatakan “penolakan atas program Keluarga Berencana (KB) di Papua”, yang ternyata didukung Majelis Rakyat Papua (MRP) melalui penyataan di sejumlah media.
Sebelumnya MRP telah berkoordinasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan berencana membuat ‘Kampung KB’ demi peningkatan kualitas hidup masyarakat Papua.
Menurut Paskalis, mahasiswa sebagai fungsi kontrol sosial dan pemerintahan, menyikapi pernyataan anggota MRP, sebagai tindakan keliru.
 “Kita harus melihat secara objektif persoalan program KB yang dicanangkan pemerintah pusat. Program tersebut sudah berlaku sejak medio 1970an, di masa kepemimpinan rezim Orde Baru (Orba) atau di masa Presiden Soeharto,” katanya di Sekretariat Kabesma Uncen, Perumnas III Waena, Kamis (01/02/2018), diberitakan Jubi.
Tambahnya, penolakan mahasiswa dengan alasan program KB tidak sesuai dengan kondisi di Papua.
“Orang asli Papua (OAP) saat ini sudah menjadi minoritas. Program KB kesannya menjadi pembatasan populasi OAP. Seharusnya program KB tidak perlu diberlakukan di Papua,” tegasnya.
Menurutnya, pemerintah harus memberi jaminan kepada masyarakat, terutama bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, sebab itu yang terpenting.
“Bukan membatasi populasi OAP dengan program KB. Itu bukan solusi untuk meningkatkan kualitas hidup OAP,” katanya.
Ia menilai, MRP harus bisa memproteksi hak-hak hidup OAP, bukan ikut-ikutan mendukung program nasional yang kontroversi di Papua itu.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) BEM Uncen, Samuel Womsiwor, menambahkan terkait pernyataan MRP bagian Kelompok Kerja (Pokja) Agama, yang perlu dilakukan menurut dia adalah menanyakan pada sebagian besar OAP, mengenai penolakan masyarakat atas program KB.
“Sekarang, peningkatan kualitas apa yang ada hari ini? Kita bisa lihat dari kasus gizi buruk dan campak di Asmat. Pun di Dogiay dan Pegunungan Bintang,” katanya.
Lanjutnya, menurut berbagai survei jumlah OAP semakin menyusut. “Pertimbangan MRP di mana? Sehingga harus kembali mencanangkan program KB di tanah Papua.” (*) 


Diambail dari www.tabloidjubi.com
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: