MAHASISWA; Dulu dan Sekarang

Mahasiswa ialah harga mati dari pejuang-pejuanng intelektual yang tak dapat diganti. Kiprahnya dalam mengorasikan aspirasi masyarakat membawa dampak menonjol di bidang pemerintahan. Proses pengorasian mahasiswa terbentuk atau muncul melalui pergerakan dalam suatu lingkup organisasi untuk membentuk suatu idealisme dan menyaktukan pemikiran demi perkembangan negara. Banyak diantara organisasi kemahasisiwaan seperti; FMN,AMP,PMII, HMI, GMNI, IMM, HTI, dan lain-lain. Dari organisasi-organisasi itulah mahasiswa berkiprah, mencurahkan segala pemikiran dan tindakan mereka untuk kelangsungan negara.
           
Sebelum saya uraikan titik perbedaan antara mahasiswa dulu dan sekarang. Perlu diketahui pembagian mahasiswa dalam aspek perkuliahan. Pertama, mahasiswa aktivis istilah ini digunakan untuk mahasiswa yang aktif di bidang keorganisasian. Kedua, mahasiswa akademis sering disebut untuk mahasiswa yang bergerak di bidang pengembangan intelektual di kampus. Ketiga, mahasiswa hedonis kerap kali di gunakan kepada mahasiswa yang tak memikirkan apapun selain kesenangan.
Kuliah yang sering hanya titip absen saja. Ini jenis mahasiswa yang tak boleh melekat pada diri kita. Sebuah kemunduran yang amat, bila mana benar terjadi adanya. Dapat disimpulkan dari ketiga mahasiswa yang berperan dalam dunia perkuliahan, terkadang ada yang aktif di organisasi tanpa memikirkan kuliah. Ada juga yang aktif sekali di bidang akademis tanpa terikat dalam organisasi. Ada pula yang aktif di keduanya organisasi maupun akademis. Dan yang paling parah tipikal mahasiswa yang hanya berfoya-foya saja.
            Nah, sekarang baru jelas jenis-jenis mahasiswa ditinjau dari beberapa lini maka kita  akan  mudah mencerna uraian yang saya sampaikan. Mari kita simak...   
Beberarapa tahun yang lalu mahasiswa sangat berperan penting dalam pembangunan negara. Usaha-usaha mereka mengkritisi sisitem pemerintahan dari pola penyimpangan mereka dilihat dari aspek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Ketiga itu ialah penyakit yang mendera bangsa kita sehigga menjadi perperosot. Namun adanya mahasisiwa guna menyampaikan apresiasi-apresiasi rakyat mengenai kesejahteraan.
Dahulu, ketika sekitar tahun 1966 para patriotik mahasiswa menggembor-gemborkan keadilan. Kala itu terjadi pada masa rezim Soekarno. Negara pada masa itu sangat mengejar harkat atau boleh dibilang mengejar gengsi. Bagaimana tidak?, pemerintah terutama bapak Adam  Malik selaku menlu saat itu berkeliling ke setiap negara. Apa yang beliau cari? apakah  keadilan? Apakah kesejahteraan?, tidak sama sekali. Pemerintah hanya menambah beban finansial negara hingga masih terbawa sampai masa reformasi ini, yaitu utang.
            Pembangunan demi pembangunan terus menerus dikerjakan untuk mengejar kredibilitas. Diantaranya, pembangunan MONAS (Monumen Nasional). Sempat seorang mahasiswa bedarah keturunan Cina bernama Soe Hok Gie berapresiasi “Jauh lebih mudah membuat sebuah monumen dengan emas di puncaknya daripada membuat dan memperbaiki 1000 kilometer jalan raya,” katanya menyinggung proyek Monumen Nasional yang dibangun di jaman Presiden Soekarno. Dari Soe Hok Gie inilah cikal bakal keruntuhan rezim Soekarno.
Begitu totalitas peran mahasiswa yang didalangi Soe Hok Gie dalam menkritik pemerintahan. Gie adalah salah satu nama saja yang berkiprah dalam perjuangan patriotik kemahasiswaan, masih ada banyak nama lagi yang juga berperan penting.
Dulu demikian, berbeda dengan saat ini nilai pengabdian mahasiswa sedikit demi sedikit telah merosot. Terbukti pada tayangan televisi seputar berita yang menyangkut prostitusi (pelacuran), mahasiswa sendiri terkadang menjadi pelaku prostitusi itu sendiri padahal mahasiswa justru harus berperan dalam menyebarkan nilai-nilai moral kepada orang yang belum tahu malah mahasiswa sendiri yang jadi pelakunya.
Alasan yang sering diungkapkan dari beberapa gelintir mahasiswa yang menjadi pelaku prostitusi, kebanyakan dari meraka beralasan kendala ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama biaya kuliah. Ini alasan yang jauh dari rasional, masih banyak pekerjaan lain yang masih halal. Kebanyakan dari mereka selalu mengedepankan rasa gengsi tak mau sedikit bersusah dulu, lebih baik menjajakan diri mendapatkan imbalan yang besar katimbang bekerja mengeluarkan tenaga banyak tapi hasilnya sedikit. Mungkin sekurang-kurangnya seperti itu saat mereka ditanya alasan.
Kita yakin seorang mahasiswa mengetahui nilai norma-norma yang berlaku, tapi entah mengapa masih saja ada mahasiswa yang melanggar itu?. Apakah mereka tidak diajarkan mengenai norma? Atau sudah diajarkan tapi tidak diterapkan?. Semua pertanyaan benar tapi pasti ada suatu sebab yang melatar belakangi dari semua permasalahan. Kalau yang di permasalahkan budaya, tentu budaya yang ada di negara kita sangat menjunjung nilai etika yang baik. Atau mungkin saja mereka karena terpengaruh budaya baru yang masuk tanpa adanya proses penyaringan maka yang ada orang-orang yang tidak jelas dalam berpenduduk dengan menerapkan budaya orang lain secara total atau mengambil sebagian tapi bersinggungan dengan budaya setempat.
Oleh karena itu nilai patriotik mahasiswa era reformasi harus ditanamkan lagi untuk  kembali membangun bangsa yang madani dimana masyarakatnya hanya menunggu keputusan tanpa adanya tindak opini mengekspresikan apresiaisinya. Terutama pada masa ini masalah-masalah kenegaraan semakin menumpuk. Jika mahasiswa sebagai corong suara rakyat terus menerus terpuruk termakan idealisme yang salah.
Maka akan menjadikan negara yang korat-karit, padahal saat ini negara sedang didera masalah dengan munculnya kasus suap dimana-mana, kasus Bank Century, kasus pengkorupsian dana SEA GAMES oleh Muhammad Nazarudin, dan baru-baru ini ada seorang anggota jaksa daerah yang melakukan hubungan intim dengan seorang napi. Dari masalah-masalah itu mahasiswa perlu memikirkan sebuah gerakan solusi terhadap kemerosotan nilai dimana-mana.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: