Foto Massa Aksi Menuntut Kedaulatan Negara West Papua |
Juru Bicara aksi, Monggar Kamis (22/3/2012) menuturkan, keterlibatan PBB dalam mengkebiri hak-hak demokratis rakyat Papua untuk menentukan nasib sendiri telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia di Papua. Beberapa hal pokok dalam perjanjian menunjukkan adanya kejanggalan dan penyimpangan.
"Kejanggalan yang dimaksud yakni New York Agreement sebagai suatu kesepakatan yang tidak sah baik secara yuridis maupun moral. Persetujuan New York tersebut membicarakan status wilayah dan nasib Papua, namun didalam prosesnya tidak melibatkan wakil resmi dari Papua," ujarnya.
Menurutnya, hak-hak politik warga Papua selama ini telah banyak dilanggar secara tidak wajar. Teror dan intimidasi yang terjadi di Papua selama ini bahkan tidak menjadi perhatian serius dan diabaikan oleh PBB.
"Kami meminta segera diberikan pengakuan kedaulatan Papua dengan jalan memberikan ruang kebebasan dalam menentukan nasib sendiri. Tarik pasukan militer di Papua dan buka akses media internasional untuk masuk ke Papua," tandasnya.
PERNYATAAN SIKAP
ALIANSI MAHASISWA PAPUA
“PBB dan
Indonesia Segera Mengakui Kedaulatan Negara West Papua”
Sejarah buram keterlibatan Perserikatan
Bangsa-Bangsa [PBB] dalam mengkebiri hak-hak demokratis Rakyat Papua untuk
menentukan nasib sendiri sebagai sebuah Negara-Bangsa, telah mengakibatkan terjadinya
pelanggaran berat terhadap Hak Asasi Manusia [HAM] Rakyat Papua hingga saat ini. Yang mana dalam penandatanganan New York Agreement
(Persetujuan New York) antara Indonesia dan Belanda yang disaksikan oleh
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa, U Thant dan Duta Besar Amerika
Serikat untuk PBB, Ellsworht Bunker pada tanggal 15 Agustus 1962. Beberapa hal
pokok dalam perjanjian serta penyimpangannya (kejanggalan) adalah sebagai
berikut: New York Agreement (Persetujuan New York) adalah suatu
kesepakatan yang tidak sah, baik secara yuridis maupun moral. Persetujuan New
York itu membicarakan status wilayah dan nasib Bangsa Papuat, namun di dalam
prosesnya tidak pernah melibatkan wakil-wakil resmi bangsa Papua.
Sejak 1 Mei 1963, bertepatan dengan berakhirnya masa pemerintahan Unites
Nations Temporrary Executive Administratins (UNTEA) atau Pemerintahan
Sementara PBB di Papua, kemudian menyerakan kekuasaanya kepada Indonesia,
selanjutnya pemerintah Indonesia mulai menempatkan pasukan militernya dalam
jumlah besar di seluruh Tanah Papua, akibatnya hak-hak politik dan Hak Asasi Manusia
dilanggar secara tidak wajar.
Sekretaris Jenderal PBB pada masa itu U Thant telah mendapat laporan
tentang situasi teror dan intimidasi yang dialami Rakyat Papua sebelum PEPERA
dilakukan Juli-Agustus 1969 tapi tidak menjadi perhatian serius dan diabaikan
oleh PBB. Dan PBB lebih mempercayai laporan Indonesia yang memiliki kepentingan
untuk memenangkan PEPERA pada waktu itu.
Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) 1969 dilaksanakan dengan cara lokal Indonesia, yaitu musyawarah
oleh 1025 orang dari total 600.000 orang dewasa laki-laki dan perempuan.
Sedangkan dari 1025 orang yang dipilih untuk memilih, hanya 175 orang saja yang
menyampaikan atau membaca teks yang telah disiapkan oleh pemerintah Indonesia.
Berkaitan dengan proses pengabaikan hak-hak politik Rakyat Papua untuk
secara adil dan jujur dalam menentukan nasib sendiri oleh PBB pada PEPERA 1969.
Dan jalan keluar dari penyelesaian kompleksitas persoalan di Papua saat ini.
Maka bertepatan dengan kunjungan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon ke
Indonesia, kami Aliansi Mahasiswa Papua menyatakan sikap politik kepada
Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut :
- Segera Mengakui
Kedaulatan Negara West Papua yang telah merdeka 1 Desember 1961 dengan
jalan memberikan ruang kebebasan dan hak menentukan nasib sendiri kepada
Rakyat Papua.
- Segera mendesak
Indonesia untuk menarik Pasukan Militer (TNI/POLRI) Organik dan
Non-Organik dari seluruh Tanah Papua.
- Segera mendesak Indonesia untuk membuka akses bagi Media Internasional untuk masuk ke Papua.
Demikian Pernyataan Sikap Aliansi Mahasiswa Papua, kami menyerukan kepada
seluruh Mahasiswa Papua dimana saja berada untuk bersatu memperjuangkan
kemerdekaan sejati bagi Rakyat dan bangsa Papua.
Salam
Pembebasan! “Bersama Kebenaran Sejarah Sang Bintang Kejora”
Yogyakarta, 22 Maret 2012
Egen
Kordinator
Umum Aksi
0 komentar:
Post a Comment