Jum'at, 18 Oktober 2011
Masa Aksi Memegang Spanduk Tuntutan |
Dalam aksi mimbar bebas mulai tersebut mengisih dengan berbagai orasi-orasi politik. Orasi politik tersebut disi dari setiap perwakilaan elemen Pergerakan tingkat Mahasiswa dan Ketua korwail setiap kabupaten –kabupaten sePapua (Sorong sampai Merauke) yang berada di Kota Pendidikan, Pariwisata, dan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),
dari setiap isi orasi mengatakan bahwa Papua berada dalam Rasa trauma dan Ketakutan dengan Adanya Penambahan Pasukan organic-nonorganik dipapua sehingga rakyat papua berada dalam Intimidasi, terror, tekanan, pemerkosaan,penindasan, Penangkapan, Penembahkan, pemenjaraan ini semua benar-benar Kondisi Rill yang terjadi terhadap rakyat Papua di Papua dari sorong sampai merauke.
Kemudian isi dengan Lagu daerah Papua disertai dengan Goyang Papua menujukan Bahwa “kami adalah Runpun Malanesia Bukan Runpun Melayu dan kulit hitam Rambut kriting bukan kulit putih-rambut lurus” selanjutnya diisi dengan Lagu darian Papua “Waita dan Wiyani” merupakan suatu semangat untuk perjuangan menentukan nasip sendiri Bagi bangsa Papua barat. Mengusul dengan “Base” dan “Ketut Tanah” tarian ini menunjukan bahwa kami juga mannusia sehingga orang lain jangan mengatur kami dalam artian Jangan menindas kami Kami juga manusia sama dengan manusia dunia lainnya.
Selanjutnya diisi dengan Petisi untuk tanda-tangan setiap pendemo yang hadir saat mimbar bebas, petisi tersebut merupakan Rasa kedaknyamanan warga Papua yang sedang berada dalam cengkraman imprealisme, kapitalisme, dan Kolonialime, yang ada di Papua, Indonesia dan Luar negeri (asli Papua) hingga sampai detik ini. Setiap pendemo tanda-tangan sampai selesai.
Kemudian berikutnya di lanjut dengan renungan (meditasi) tanda bukti bahwa Papua berada dalam “zona darurat” agar kami yang masih sisa ini baik yang ada di Papua Indonesia dan luar Negeri agar Tuhan yang Maha Pencipta Tanah Papua dan Manusia Papua selalu milindungi agar setiap proses Perjungan Papua berjalan dengan baik sesusi dengan rencananya. Akhir dari renungan singkat langsung kordinator umum Membacakan Pernyataan sikap Gerakan rakyat Papua bersatu “Bersatu untuk Pembebasan Nasional” isi tuntutan pernyataan sikap adalah:
Point pertama, mengutuk segala tindakan-tindakan Kekerasan (brutal) pelanggaran hak asasi manusia (HAM), tolak apapun bentuk militerisasi ditanah papua, desak Pengadilan hak asasi manusia (HAM) atas insiden penyejaran dan penyisiran tempat kegiatan terhadap warga sipil Pasca kongres III rakyat Papua. Point kedua, mendesak intervensi Internasional untuk masalah kemanusiaan. Point ketiga, Hentikan kerja sama Amerika serikat dengan Indonesia dan Sekutunya. Poin Keempat, tarik Militer oranik dan non organik dari Tanah Papua. Poin Kelima, hentikan bisnis militer di Papua, hentikan campur Tangan Polri dalam soal perburuan di PT Freeport Indonesia dan usut tuntas tindak kekerasan terhadap hak protes buruh PT Freeport Indonesia. Poin Keenam, manajemen PT Freeport Indonesia penuhi hak-hak buruh, jika tidak maka PT Freeport Indonesia Harus tutup dari Tanah Papua. Poin ke tujuh, bebaskan Para tahanan politik tanpa syarat. Poin kedelapan, tolak kapitalis kekayaaan alam papua dan pastikan rakyat papua harus berdaulat atas kekayaan alamnya, termasuk tambang yang yang di kuasai PT Freeport Indonesia dan Lainya di Papua Barat. Poin Ke Sembilan, Rakyat Papua menolak hasil-hasil KTT asean yang Mengarah Ke exploitasi sumber daya Alam milik rakyat Papua. Poin Kesepuluh, Mendesak dunia Internasional dan Pemerintah Indonesia Membuka Ruang bagi pemenuhan hak menentukan nasib sendiri Bagi Rakyat Papua (Referendum).
massa Aksi mimbar Bebas yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Papua bersatu (GRPB) yang terdiri dari masyarakat Pelajar dan Mahasiswa Papua yang berada di kota Yogyakarta telah mengikuti awal kegiatan Aksi Mimbar bebas berjalan lancar aman dan damai sampai selesai.
0 komentar:
Post a Comment